Wednesday 3 August 2011

Sosok pemimpin ideal bagi Indonesia?

Blog yang saya tulis kali ini adalah untuk menanggapi tulisan dari bapak Anies Baswedan di harian Kompas 25 Juli 2011 yang berjudulu Peringatan bagi Pemimpin


Ketika pertama kali saya membaca tulisan bapak Anies Baswedan tersebut,  muncul pertanyaan-pertanyaan di dalam benak saya: Mau dibawa kemana Indonesiaku nanti? Bagaimanakah sosok pemimpin ideal bangsa ini? Apa yang harus saya lakukan untuk melakukan perubahan-perubahan? mendorong yang macet, membongkar yang buntu, dan memangkas benalu?

Banyak yang bilang bahwa bangsa kita ini masih tertidur, masih prematur, masih baru sebagai negara (menjelang peringatan kemerdekaan yang ke 66 tahun). Tidak! Hentikan tudingan-tudingan itu. Kawanku, sesungguhnya bangsa Indonesia sekarang adalah tidak dalam keadaan tidur. Bangsa kita ini sekarang ini dalam proses membangun, memperkuat, menuju ke arah yang lebih baik.

Lihatlah orang-orang di sekitar kita yang mulai bekerja sebelum fajar terbit, penjual-penjual di pasar yang membuka gerai, pelajar-pelajar yang berbondong-bondong pergi pagi-pagi ke sekolah untuk menuntut ilmu. Guru, nelayan, petani, pekerja kantoran; semua berusaha mencari peluang dan memanfaatkan kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Rakyat kita itu hebat. Tangguh. Bukan bangsa pemalas.

Menurut saya, sebuah bangsa adalah ibarat kapal mesir. Kapal mesir? ya, kapal besar yang dan indah. Kapal yang menggunakan tenaga manusia sebagai bahan bakarnya untuk berlayar (dengan cara mendayung) . Ibaratnya, bangsa Indonesia saat ini adalah sebuah kapal mesir yang sedang mengarungi lautan biru yang luas. Semua bahu membahu menggerakkan kapal ini agar tidak karam di tengah laut. Agar rakyat di kapal ini dapat mengayuh kapal ke arah yang benar, maka dibutuhkanlah seorang kapten yang dapat mengarahkan dan mengkomando dengan benar. Kapten yang dapat mengemban harapan seluruh awak kapal untuk sampai ditujuan dengan selamat.

Yang saya lihat har ini adalah, kapal kita, republik tercinta ini, sedang terombang-ambing di tengah lautan. Sumbernya bukan dari awak kapal, melainkan berasal dari kapten yang belum tau mau dibawa kemana kapal ini. Kapten yang belum percaya diri akan strategi-strategi untuk mewujudkan harapan awaknya.

Rakyat kita sudah bekerja keras dilihat dari berbagai sektor. Yang dibutuhkan adalah realitas dari janji-janji yang telah dibuat oleh pemimpin bangsa ini. Tapi kapan janji-janji itu akan diwujudkan? kapan kapal kita dapat sampai di tujuan dengan selamat?

Bangsa ini membutuhkan seorang pemimpin yang mampu bersikap adil, jujur, tegas, dan bekerja keras. Pemimpin yang dapat mengarahkan bangsa ini dengan visi dan misi yang jelas. Pemimpin yang dapat merealisasikan janji-janjinya.
Apakah kita sebagai generasi muda akan mampu mengemban tugas ini? jawabannya adalah mampu. Kita sebagai generasi muda sebaiknya mulai memikirkan mau dibawa kemana kapal kita ini 10 tahun mendatang, 20 tahun mendatang, dan seterusnya. Kita sebagai generasi muda harus siap untuk membangun bangsa ini dan bekerja keras. Ini semua untuk perubahan yang lebih baik, untuk diri kita sendiri, untuk anak cucu kita nanti.

Tuesday 2 August 2011

Ski

Olahraga Ski..
Hmmm.. mungkin di Indonesia olahraga ini tidak begitu populer. Tapi lain hal nya dengan di daerah Nordic(Norway, Sweden, Finland).
Ski sejatinya adalah dua papan kayu yang digunakan untuk meluncur di atas salju. Dahulu, papan ski digunakan oleh para pemburu untuk berburu pada musim dingin. Kini ski menjadi salah satu cabang olahraga yang cukup digemari oleh khususnya penduduk daerah Eropa utara. Meskipun olahraga ini tidak begitu diminati oleh penduduk Asia, sebenarnya papan ski tertua tidak ditemukan di daerah Nordic, melainkan di China!

Saya mulai menggeluti olahraga ski saat saya berada di Norway. Tepatnya pada bulan Oktober-November.  Olahraga yang terlihat mudah ini ternyata tidak mudah sama sekali! Awalnya saya kira cukup saja meluncur dengan menggerakkan kaki secara bergantian , namun nyatanya ski membutuhkan lebih dari sekedar meluncur. Dalam olahraga ini, balance, kontrol emosi, konsentrasi, dan keberanian sangat dibutuhkan. Saya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menguasai tehnik-tehnik dasar olahraga ski, khususnya dalam mengontrol kecepatan. Dalam waktu berbulan-bulan itu bukan hanya sekali-dua kali saya terjatuh. Mungkin kalau dihitung sudah ratusan kali.
Pelajaran yang saya ingat dari latihan ski adalah "Jangan pernah menyerah". Setiap kali saya terjatuh, orang tua angkat saya akan mendatangi saya tanpa menyodorkan tangan untuk membantu saya berdiri, melainkan mengatakan "kalau jatuh berdiri lagi. Gunakan semua tenagamu untuk berdiri lagi dan melanjutkan". Pengalaman ini menjadi salah satu pembelajaran terpenting bagi saya untuk tidak mudah menyerah.

Melalui blog yang saya tulis kali ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga angkat saya di Norway untuk pengalaman yang tidak terlupakan.

Tusen takk Spigset familien :)